Jakarta, KV- BMKG memprediksi hujan dengan intensitas tinggi berpotensi terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan Pulau Papua dalam periode 4 – 11 Maret 2025.
Hal ini berdasarkan siaran pers BMKG yang diterima Koranvox.id pada Sabtu (8/3/2025).
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto memaparkan, hujan dengan intensitas berpotensi terjadi di Indonesia bagian barat dan Kepulauan Papua.
Adapun gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin berpotensi tetap aktif di sebagian besar Sumatra, Jawa bagian Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, serta Kepulauan Papua.
Hal ini berdampak peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di wilayah-wilayah tersebut.
“Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak cuaca ekstrem,” ungkapnya.
Guswanto menuturkan, analisis terbaru juga menunjukkan terbentuknya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia, tepatnya di barat Aceh, serta di selatan Papua.
Keberadaan sirkulasi siklonik ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin di berbagai perairan, termasuk Laut Natuna, Laut Banda, perairan selatan Sulawesi, Laut Arafuru, dan Maluku.
Selain itu, daerah pertemuan angin juga terdeteksi membentang di Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan.
“Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat waspada potensi hujan lebat beserta kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan, ” tuturnya.
Guswanto menambahkan, pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang.
Sangat krusial
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan peran serta pemerintah daerah dalam mitigasi bencana alam sangatlah krusial.
Upaya ini terutama dalam memastikan upaya penanganan dalam setiap peringatan dini secara antisipatif di lapangan.
Dwikorita mengatakan bahwa peringatan dini bukan sekadar informasi, tetapi juga seruan untuk tindakan nyata.
“Kecepatan dan kesiapan merespons peringatan dini cuaca ekstrem sangat menentukan upaya mitigasi risiko baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materiil, ” ucapnya. *** Stefanus Tarsi