Pasang Iklan Disini
Pasang Iklan Disini
OPINI

Bagilah Perhatian dan Waktumu untuk Allah, Demi Sesama dan Melayani Demi Tuhan

×

Bagilah Perhatian dan Waktumu untuk Allah, Demi Sesama dan Melayani Demi Tuhan

Sebarkan artikel ini

Inilah “pendirian penting” yang harus dimiliki, yang diarahkan oleh Yesus bagi para murid-Nya dalam karya pelayanan. “Bagilah perhatian & waktumu untuk Allah demi sesama, dan layanilah sesama demi Tuhan”.

Yesua Kristus sendiri sebagai Tuhan dan sebagai sesama, menilai dan menginginkan pelayanan yang sejalan, seimbang menurut kepentingan.

Tuhan dilayani dengan didengarkan sebagai sumber inspirasi dan hidup. Tuhan menilai lebih penting, kalau manusia membiarkan diri dilayani oleh Tuhan dalam “hal satu-satunya yang perlu, yang tidak akan diambil dari padanya”.

Seperti Maria yang membiarkan dirinya dilayani Yesus (Luk 10: 42). Itu memang lebih baik daripada menyibukkan diri bagi sesama, seperti Marta (ay 41) seakan-akan Tuhan memerlukan kesibukan pelayanan kita. Maka ikutilah dan tanggapilah pelayanan Tuhan kepada manusia dengan cara-cara-Nya Tuhan sendiri.

Pelayanan Tuhan kepada manusia, bisa bermacam-macam cara. Kita datang ke Gereja atau tempat ibadat lainnya supaya dilayani Tuhan. Kita mendengar sabda-Nya dan disegarkan. Kita juga yakin percaya, didorong dan dipanggil Tuhan untuk menolong orang yang menderita.

Kita melayani sesama demi Tuhan, karena demi kehendak-Nya agar kita menolong mereka yang membutuhkan. Selanjutnya kita “bisa belajar” hal ini dari kisah Maria dan Marta, ketika Yesus Kristus bertamu di rumah mereka. Apa yang dipilih Maria, yakni membiarkan dirinya dilayani Yesus, duduk mendengarkan sabda-Nya, dipuji Yesus sebagai pilihan yang terbaik. Sedangkan pilihan Marta, sibuk di dapur.

Pilihan Marta tidak otomatis jelek, tetapi bisa juga menjadi “cara lain” di mana Tuhan melayani manusia. Marta sibuk di dapur siapkan segala sesuatu untuk makan bersama mereka.

Hal itu tidak jelek, itu juga baik. Asalkan saja Marta tidak sampai menyibukkan diri dengan pekerjaannya itu sedemikian rupa, seolah-olah Tuhan memerlukan pekerjaan atau pelayanan itu. Sadarlah, bahwa Tuhan sama sekali tidak membutuhkan pelayanan kita!

Sebaliknya, kitalah yang butuhkan Tuhan melayani kita. Maka Marta, dengan kesibukan pekerjaannya di dapur itu, seakan-akan Tuhan membutuhkan itu, dia ‘tidak melayani sesama demi Tuhan’. Dia memang melayani sesama, tetapi demi dirinya sendiri, demi keasyikannya sendiri. Bukan demi Tuhan.

Itulah pilihan yang tidak diakui Yesus. Seharusnya Maria dan juga Marta, saudaranya, keduanya bisa membagi perhatian dan waktunya masing-masing untuk Allah demi sesama dan melayani sesama demi Tuhan.

Seandainya Marta yg memilih sibuk di dapur, tetapi itu semuanya demi Tuhan, dan ia sungguh menyadari itu, maka ia pasti melakukan itu dengan segenap hatinya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (bdk Kol 3:23).

Tetapi sayang sekali Marta tidak melakukannya. Karena itu kata Yesus kepadanya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik, yang tidak akan diambil dari dia” (Luk 10: 42).

Di kesempatan lain, Yesus katakan kepada para murid-Nya: “Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barang siapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat 10: 37).

Seperti kisah Maria dan Marta itu, teks ini juga memperlihatkan dua pilihan, yakni antara mengasihi Yesus, dan juga mengasihi bapa atau ibu, atau antara mengasihi Yesus dan mengasihi putera atau puteri. Karena Yesus menghendaki kasih manusia kepada Diri-Nya, kasih kepada Tuhan tidak boleh setengah-setengah, “kasih yang sisa”, setelah mengasihi bapa atau ibu, atau setelah mengasih putera atau puterinya.

Di lain pihak, Yesus tahu, bahwa mengasih orangtua, bapa atau ibu, mengasihi putera atau puteri bukan hal jelek, tetapi malahan merupakan sebuah kewajiban. Maka harus berlaku prinsip dan pendirian penting di atas, yakni:

“Bagilah perhatian dan waktumu untuk Allah demi sesama dan melayani sesama demi Tuhan”. Sehingga jika kita memilih mengasihi Tuhan, kita dapat mengasihi-Nya dengan sepenuh hati, tak setengah-setengah, dan memilih mengasihi bapa atau ibu, putera atau puteri, kita dapat mengasihi mereka seperti mengasih Tuhan sendiri.

Dengan cara ini, kita tak hanya memenuhi tugas kita, tetapi juga memuliakan Tuhan melalui setiap aspek kehidupan kita. Amin. Tuhan berkati.

(Pastor Charles Loyak Deket OSC)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *