OPINI

Salib di Mata Tuhan Allah Sendiri

31
Simbol salib.

 

Tuhan Allah menghendaki Putra-Nya ditinggikan di atas salib. Sebab, “begitu besar kasih Allah akan dunia ini… karena Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yohanes 3:16–17).

Sejak semula, Allah tidak menginginkan kebinasaan manusia, meskipun manusia berulang kali jatuh dalam dosa. Jika dibiarkan dalam keadaan berdosa, manusia akan terus menjurus pada kehancuran. Namun, belas kasih Allah menjadi penolong bagi umat manusia.

Tuhan memilih jalan paling radikal demi menyatakan kasih-Nya: “Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).

Ini adalah ungkapan cinta dan belas kasih sejati yang diputuskan dalam pangkuan Tritunggal Mahakudus: BAPA mengutus PUTRA untuk menjadi manusia oleh kuasa ROH KUDUS, lalu menderita, wafat di kayu salib, dan menyelamatkan dunia. Tidak kurang dari itu!

Rahasia ilahi ini hanya diketahui oleh anggota keluarga ilahi, yakni Tritunggal Mahakudus. Manusia tidak bisa naik ke surga untuk “mencuri” rahasia itu. Namun, ada DIA yang turun dari surga, yaitu ANAK MANUSIA. Dialah yang mewahyukan hal-hal surgawi melalui sabda-Nya, yang adalah sabda Bapa; melalui perbuatan-Nya, yang berasal dari kehendak Bapa.

Di atas segalanya, Ia diutus untuk menyatakan kasih Bapa dengan kuasa Roh Kudus dalam hidup-Nya yang sepenuhnya diabdikan untuk manusia. Kristus membuktikan kasih itu dengan memilih untuk “ditinggikan” di kayu salib: dihina, menderita, wafat, dan bangkit.

Dengan wafat dan dikuburkan, Ia menguburkan dosa manusia; dengan kebangkitan-Nya, Ia memperkenalkan hidup baru dalam kasih karunia Allah. Pengorbanan Putra tidak dianggap berlebihan demi keselamatan umat manusia.

Di mata Allah sendiri, salib adalah bagian tak terpisahkan dari cinta dan belas kasih Tritunggal Mahakudus bagi dunia dan seluruh umat manusia. Salib, yang bagi orang Israel dan dunia dianggap sebagai kutukan dan kehinaan, justru menjadi tanda kemuliaan dan kesucian. Anak Manusia menunjukkan kekuatan dalam kelemahan di atas salib.

Dia merendahkan diri-Nya sedemikian rupa, sehingga Allah sangat meninggikan Dia (bdk. Filipi 2:6–11). Sebagaimana dikatakan Rasul Paulus, bagi orang Yahudi salib adalah batu sandungan, bagi bangsa lain adalah kebodohan, tetapi bagi orang percaya, salib adalah kekuatan Allah (bdk. 1 Korintus 1:18).

Kita adalah orang-orang percaya yang hari ini merayakan Pesta Pemuliaan Salib Suci. Semoga semangat salib — yakni kekuatan Allah — semakin menghidupi iman dan hidup kita setiap hari. Amin.

Tuhan memberkati selalu.

(Pastor Charles Loyak Deket OSC)

Exit mobile version